Minggu, 04 September 2011

Rumput Pakan Ternak

BERBAGAI RUMPUT INTRODUKSI SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK RUMINANSIA

Syamsu Bahar

Peneliti Madya Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan
 Project Specialis Team ACIAR-SMAR/2006/061 South Sulawesi

Hijauan adalah pakan yang penting bagi ternak ruminansia.  Hijauan ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu hijauan liar (tidak sengaja ditanam dan tumbuh dengan sendirinya) dan hijauan yang dibudidayakan (sengaja ditanam dan dipupuk. Hijauan liar terdiri dari berbagai jenis rumput, leguminosa dan tanaman lainnya.  Sedangkan hijauan yang dibudidayakan hanya merupakan satu spesies rumput atau campur dengan spesies rumput lain. Lebih dari ratusan spesies rumput (Gramineae) yang tumbuh di dataran tropis maupun subtropis.  Pada umumnya rumput di daerah subtropis lambat untuk menjadi tua, sehingga nilai nutrisinya lebih tinggi daripada rumput yang tumbuh di daerah tropis, dimana rumput tersebut cepat menjadi tua.  Kandungan protein dan phospornya pada rumput di daerah tropis lebih cepat menurun daripada di daerah subtropis.
Peranan pakan dalam usaha ternak sapi potong sangat penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan produksi ternak. Jenis pakan ternak yang terpenting adalah hijauan karena merupakan komponen pakan utama ternak ruminansia, 70% dari makanan ternak ruminansia adalah hijauan, sehingga ketersediaannya perlu diperhatikan baik dari segi kuantitas dan kualitas maupun kesinambungannya sepanjang tahun. Upaya peningkatan populasi ternak sapi potong yang semakin pesat terkendala dengan terbatasnya lahan menyebabkan petani harus menyediakan waktu lebih banyak untuk memberi pakan bagi ternaknya, baik dengan cara menggembalakan maupun mencari pakan ke tempat-tempat yang lebih jauh dari pemukiman mereka. Banyak petani mengalami dilema, apakah mengurangi jumlah ternaknya atau mencari sumber-sumber pakan baru. Budidaya hijauan pakan ternak dapat menjadi salah satu jalan keluar pemecahannya. Keterlibatan petani memilih hijauan pakan untuk ternaknya sangat diperlukan dalam proses introduksi dan pengembangan hijauan pakan ternak.
Hambatan utama bagi petani dalam hal memelihara sapi adalah masalah sumber pakan. Sudah menjadi umum dilakukan oleh petani-ternak menggembalakan sapinya secara bebas dilahan-lahan kosong, pinggir jalan, pematang sawah dan disekitar hutan. Untuk memenuhi pakan sapi bagi petani yang mempunyai lahan sempit sangat dianjurkan perencanaan sumber pakan.  Perencanaan sumber pakan sangat perlu dilakukan bila akan memelihara ternak ruminansia misalnya sapi, karena dengan perencanaan sumbr pakan yang tepat akan dapat diketahui berapa jumlah sapi yang akan dipelihara dengan sumber pakan yang tersedia serta jenis-jenis pakan apa yang akan dipersiapkan agar kebutuhan pakan untuk sapi dapat terpenuhi sepanjang tahun dari sumber daya lahan yang dimiliki tanpa harus mencari jauh ke tempat lain.
Pada dasarnya rumput lapang atau rumput alam yang ada dilahan petani dapat dijadikan sumber hijauan pakan, namun produksinya rendah dan nilai gizinya juga kurang. Beberapa jenis rumput introduksi dapat dijadikan sumber hijauan pakan yang berproduksi tinggi dengan nilai gizi yang baik dapat dibudidayakan pada lahan-lahan yang masih kosong misalnya sepanjang pinggir pagar pembatas lahan, pada tampingan teras bangku, lahan yang berlereng secara strip/lajur memotong kemiringan lereng.
Gambar 1. Rumput Paspalum (Paspalum atratum cv Higane)
Berdasarkan hasil kajian menunjukkan produktivitas rumput paspalum sangat tinggi dibanding jenis-jenis rumput potongan lainnya, namun harus dikelola secara intensif termasuk pemupukan, pengairan dan pengaturan waktu panen. Total produksi rumput paspalum dalam setahun (5 kali panen) adalah 156 t/ha bahan kering atau rata-rata 30 t/ha bahan kering per panen. Rumput ini menghasilkan biomas yang tinggi setara bahkan lebih dibandingkan rumput gajah. Petani juga sangat menyukainya dan mudah memanennya karena rumput ini tumbuh tegak tidak terlalu tinggi dan tidak berbulu/gatal. Rumput ini dapat tumbuh pada lahan yang terbuka dengan cahaya matahari langsung maupun pada lahan yang ternaungi. Rumput ini menjadi pilihan utama bagi petani karena selain produktivitasnya tinggi, juga sangat disukai ternaknya  sehingga dapat dijadikan pilihan sebagai sumber hijauan pakan untuk produksi ternak sapi potong. Untuk meningkatkan kualitas hijauan pakan maka rumput dapat dikombinasikan penanamannya dengan jenis-jenis leguminosa sehingga terbentuk pertanaman campuran antara rumput dan leguminosa. Panen atau waktu potong rumput untuk mendapatkan hijauan pakan adalah setiap 60 hari tergantung musim dan dilakukan pemupukan untuk mempertahankan produksi hijauannya.


Gambar 2. Rumput Mulato (Brachiaria hybrid cv Mulato)
Rumput ini disebut juga rumput ”Mulato” yang merupakan persilangan antara rumput Brachiaria ruziziensis clone 44-06 dengan Brachiaria brizantha cv Marandu. Total produksi bahan kering hijauan dari 3 kali panen adalah 12,04 t/ha. Rumput Mulato ini sangat disukai ternak sapi, salah satu penyebabnya adalah batang dan daunnya yang lembut dan agak berbulu. Selain itu petani juga suka karena untuk potong-angkut tidak membuat tangan dan badan gatal-gatal. Hal yang perlu diperhatikan untuk tumbuh dan berkembangnya lebih baik rumput Mulato ini adalah masalah drainase. Pada lahan yang drainasenya buruk, rumput Mulato  tidak dapat tumbuh dengan baik karena drainase yang buruk mengakibatkan buruknya pula kondisi aerasi tanah. Hal lain adalah pada daerah yang bercurah hujan tinggi sangat dimungkinkan rumput Mulato  terserang oleh Rhizoctonia yaitu cendawan yang menyerang akar. Jenis rumput ini sangat disukai ternak (palatable). Waktu panen atau pemotongan rumput harus dipertahankan setiap 60 hari tergantung musim dan dilakukan pemupukan setelah pemotongan untuk mempertahankan produksi hijauannya.


Gambar 3. Rumput Setaria  (Setaria sphacelata cv Narok)
 Kultivar yang diintroduksi adalah kultivar ”Narok”. Total produksi bahan kering hijauan rumput Setaria dari 3 kali panen adalah 73,5 t/ha. Rumput ini sangat disukai oleh ternak dan petani juga sangat mudah memanennya karena rumput ini tumbuh tegak dan tidak berbulu. Rumput ini membutuhkan lahan yang terbuka tanpa naungan.Drainase harus baik karena tanaman ini tidak tahan terhadap genangan. Sangat cocok dikembangkan di lahan yang berlereng dengan penanaman secara strip atau lajur yang memotong kemiringan lereng sehingga dapat juga sebagai upaya pencegah terjadinya erosi tanah. Dapat juga ditanam ditampingan teras bangku sehingga berfungsi juga sebagai penguat teras.


Gambar 4. Rumput Panicum (Panicum máximum cv Simuang)
 Rumput ini memiliki banyak kultivar dan dapat tumbuh di lahan terbuka atau di lahan yang agak ternaungi Salah satu jenis rumput yang diintroduksi adalah kultivar ”Simuang” atau disebut juga ”Purple guinea”. Total produksi bahan kering hijauan rumput Panicum dari 3 kali panen adalah 8,1 t/ha. Rumput ini pertumbuhannya lambat sehingga biomas yang dihasilkan dari 3 kali panen masih rendah. Namun dengan pemupukan yang baik dapat meningkatkan. Panen atau pemotongan tanaman untuk menghasilkan hijauan pakan dilakukan setiap 60 hari tergantung musim.

DAFTAR PUSTAKA

ACIAR, 2008. “Tropical Forages”. Selection of Forages for the Tropics “SoFT”. CSIRO, DPI&F, CIAT, ILRI, UQ.

Bahar, S. 2008. Produktivitas hijauan pakan ternak untuk produksi sapi potong di Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Nasional Sapi Potong di Palu Sulawesi Tengah tanggal 24 Nopember 2008. Kerjasama antara Universitas Tadulako Palu dengan Dinas Peternakan Sulawesi Tengah.

Horne, P. M. and W. W. Stur. 1999. Developing Forage Technologies with Smallholders Farmers. How to select the best varieties to offer farmers in SouthEast Asia. ACIAR and CIAT. ACIAR Monograph No. 62. 80 pp.